Kamis, 18 November 2010 0 komentar By: adjier77@yahoo.com

Jelly Mentimun dan Durian Prima Tani Kota Padang


ImageJelly sayuran dan buah-buahan adalah minuman  yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti mentimun atau durian yang diberi tambahan tepung jelly sebagai pengental, gula tebu  sebagai pemanis, garam dan asam sitrat. Sesuai dengan tuntutan pasar pada saat ini, yaitu kembali ke alam maka produk jelly yang dihasilkan tanpa menggunakan bahan pengawet dan pewarna buatan,.
        Jelly sayuran dan buah-buahan mengandung unsur nutrisi yang berguna bagi kesehatan. Oleh karena itu dapat dikatakan sebagai minuman fungsional, yang merupakan minuman berkhasiat untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit tertentu, antara lain darah tinggi, membersihkan pencernaan, meremajakan kulit dll.       
        Umumnya semua sayuran dan buah-buahan yang mempunyai aroma khas dan tajam dapat diolah menjadi jelly, diantaranya mentimun, wortel, durian, markisa, nangka, dan nenas. Sayuran dan buah-buahan yang diolah menjadi minuman jelly dapat dari sayuran dan buah-buahan yang tidak laku terjual karena over produksi  atau sayuran dan buah-buahan afkiran yang masih baik. Jadi minuman jelly dapat memecahkan permasalahan yang selalu dihadapi oleh produk-produk hasil pertanian saat musim panen raya, yaitu turunnya harga.        
        Proses pembuatan jelly sayuran dan buah-buahan tidaklah suilit hanya dengan  peralatan sederhana, dan biaya yang murah. Pengusahaannya dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, baik secara perorangan ataupun berkelompok (kooperatif) seperti kelompok tani
PEMBUATAN JELLY MENTIMUN DAN DURIAN 
         Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan jelly mentimun adalah buah mentimun, tepung jelly, gula pasir, garam dan asam sitrat.  Peralatan yang digunakan adalah: baskom, pisau, blender, panci, kompor, cup es krim atau gelas plastik, dan lemari pendingin (show case/kulkas) untuk mempercepat proses pengentalan.Prosedur pembuatan jelly mentimun diawali dengan mengupas, mencuci dan menghancurkannya dengan belender sampai menjadi bubur. Bubur mentimun dimasukan ke dalam panci besar, lalu ditambahkan air sebanyak 2,5 liter untuk 1 kg mentimun, kemudian disaring. Hasil saringan atau filtrat ditambahkan gula pasir, tepung jelly, garam dan asam sitrat. Penambahan bahan-bahan tersebut disesuaikan dengan selera yang diinginkan. Selanjutnya campuran filtrat mentimun tersebut dipanaskan sampai mendidih sambil terus diaduk-aduk. Terakhir, jelly mentimun dikemas dalam cup es krim atau gelas plastik dan didinginkan dalam show case atau kulkas. Setelah mengental, jelly mentimun ini dapat langsung diminum atau dipasarkan dan tahan disimpan dalam show case/kulkas selama 7 hari sedangkan jika  di luar (ruang terbuka) hanya tahan 2-3 hari.  
        Untuk pembuatan jelly durian, bahan utama yang dibutuhkan adalah daging buah durian. Bahan lain dan peralatan yang digunakan sama dengan pembuatan jelly mentimun. Proses pembuatan juga hampir sama, kecuali, jumlah air yang ditambahkan adalah 2,5 liter untuk 150 gram daging buah durian. 
PENGEMBANGAN DI MASYARAKAT
        Pembuatan jelly mentimun dan jelly durian telah diperkenalkan kepada masyarakat melalui pelatihan dan pembinaan proses produksi di Kelompok Wanita Tani (KWT) Prima Lestari  Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh Kota Padang, dengan bimbingan PRIMATANI Kota Padang. Proses produksi telah dimulai tetapi masih dalam taraf promosi kepada berbagai pihak, baik melalui rapat-rapat, pameran, dll.
Ke depan diharapkan jelly mentimun dan durian ini dapat menembus pasar swalayan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani, baik dari hulu maupun hilir, yaitu petani penghasil sayuran dan buah-buahan serta pengolah hasil. 


sumber:http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/hasil-litkaji-mainmenu-46/40-tanaman-pangan/64-minuman-sehat-tanpa-pengawet
Kamis, 11 November 2010 0 komentar By: adjier77@yahoo.com

COCOK TANAM KELAPA


PENDAHULUAN
Menurunnya minat petani untuk membudidayakan komoditi kelapa sebenarnya
merugikan secara nasional, karena tanaman kelapa mempunyai kesesuaian syarat
tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya
memberikan pedoman teknis budidaya kelapa dengan aspek K- 3 yaitu kuantitas,
kualitas dan kelestarian lingkungan , sehingga mampu meningkatkan taraf
penghasilan petani.


SYARAT PERTUMBUHAN
- Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu
gunung, dan tanah berliat. dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur
remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
- Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu
produksi buah akan rendah.
- Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7 º C, suhu
kurang dari 20º C tanaman kurang produktif.
- Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan
produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan
penyakit jamur.
- Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi
terutama varietas dalam.


PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan lobang tanam dengan ukuran
0,9m x 0,9m x 0,9m dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak tanam yang
baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan jenis genjah 6 x 6 m.


PEMBIBITAN
- Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan air + HORMONIK dengan
dosis 1 tutup per l0 liter air selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di
bedengan dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah kelapa dengan
letak horizontal dengan tebal timbunan 2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm
dan bibit akan berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5 bulan tidak
berkecambah dianggap mati/ bibit jelek. Rawat bibit di bedengan hingga umur 30
minggu atau berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah kurang air.
- Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA hingga umur bibit kurang
lebih 9 bulan dengan dosis 1-2 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali.
Jangan mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman dari gangguan ternak
atau dengan memasang pagar kayu.

Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau dengan mengacu pada tabel
pemupukan berikut :

Umur Bibit (bulan)
Kebutuhan Pupuk (gr/tanman)
N (Urea/ZA)
P (TSP)
K (KCl/MOP)
Mg (Kies)
1
5/10
50
75
100
2
5/10
75
125
150
3
5/10
100
150
200
4
10/15
200
400
400
5
10/15
300
600
500
6
10/15
400
800
750
7
15/20
500
1000
1000
8
15/20
600
1250
2000
9
15/20
700
1500
2500

Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan dicampur rata dengan tanah

Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah SUPERNASA 1-2 kali selang waktu
3-4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA
diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.

PENANAMAN
Umur Tanaman
Dosis Pupuk (gr/pokok)
Urea
(TSP)
RP
KCl
Kies
Borak
Saat tanam - - - - - - 1 bln setelah tanam 100 100 100 100
100 100 2 tahun - apl I 200 200 200 200 200 200
- apl II 200 200 200 200 200 200 3 tahun - apl I
350 350 350 350 350 350 - apl II 350 350 350 350 350 350 4
tahun - apl I 500 500 500 500 500 500 - apl II 500
500 500 500 500 500 5 tahun - apl I 500 500 500
500 500 500 - apl II 500 500 500 500 500 500

Catatan :
- Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober)
dan kedua di akhir musim hujan (Maret - April)
- Kocorkan atau siram SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10 lt air per pohon
setiap 3-6 bulan sekali
- Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 2-4
minggu sekali



PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
1. Golongan Coleoptera
Hama golongan ini yang paling banyak menyerang adalah Oryctes rhinoceros . Cara
mengendalikan dengan membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang diisi sampah
dan secara preventif dikendalikan dengan pemberian Natural BVR atau jika sudah
menjadi uret dengan PESTONA, atau dengan menggunakan musuh alaminya yaitu
tikus, tupai, ayam , bebek , dan burung hantu.

2. Golongan Lepidoptera
Species yang sering menyerang adalah Tiratabha rufivena yang larvarnya memakan
bunga kelapa, dan Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang belum
membuka dan memakan isinya. Pengendaliannya dengan menggunakan PENTANA + AERO
810 ataupun Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka pengendaliannya
harus secara merata untuk pencegahan .

3. Golongan Hemiptera
Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati adalah jenis homoptera
(Gareng pong= Jawa). Jenis lain yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera,
sehingga buah menjadi rontok sebelum matang. Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810
dan PESTONA secara bergantian.

4. Penyakit yang juga mungkin menyerang adalah:
Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora dan
penyakit Lingkar merah pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah
Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit ini hanya dengan eradikasi
atau pemusnahan tanaman yang terkena serangan.

Catatan :
Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi,
sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan.
Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan
Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki


PEMANENAN
- Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10 tahun, dan umur bisa
mencapai 60 - 100 tahun dengan produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk
kelapa jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan berbuah maksimal pada
saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk
kopra karena daging buahnya yang lunak.
- Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan
dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya.
Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur
sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar
suara air di dalam buahnya.


PASCA PENEN
Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini mulai mengarah pada
pemanfaatan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan
nilai jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk nira ( legen =Jawa)
untuk keperluan industri gula kelapa, nata de coco, asam cuka, produk minuman
dan substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan nilai jual dari produk
kelapa.
- Gula kelapa :
kandungan sukrosa yang dominan di antara kandungan bahan kimia non air lainnya
menjadikan nira sebagai sumber gula yang sangat potensil.

- Nata de coco :
Adalah bahan olahan nira kelapa berbentuk gel, tekstur kenyal seperti kolang
kaling, yang proses fermentasinya dibantu oleh mikrorganisme Acetobacter xylium.

- Asam cuka :
dikenal sebagai penegas rasa, warna dan juga sebagai bahan pengawet karena
membatasi pertumbuhan bakteri.

- Produk minuman:
Dapat dibuat minuman segar non alcohol maupun alkohol dalam kadar rendah(tuak)
ataupun dalam kadar tinggi (arak).


SUMBER:http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg14950.html

COCOK TANAM JAGUNG

prosesDi Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
C. Pemupukan
Waktu Dosis Pupuk Makro (per ha) Dosis POC
NASA
Urea (kg) TSP (kg) KCl (kg)
Perendaman benih -
- - 2 – 4 cc/ lt air
Pupuk dasar 120 80 25 20 – 40 tutup/tangki
( siram merata )
2 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram)
Susulan I (3 minggu) 115
- 55 -
4 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram )
Susulan II (6minggu) 115 - - 4 – 8 tutup/tangki
( semprot/siram )
Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.
D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .
e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

SUMBER: http://kacierkusuma.wordpress.com/2009/11/04/bercocok-tanam-jagung/